Tuesday, April 04, 2006

‘Persedongkolan’ Buruh

I like Monday. Apa boleh buat. Apalagi harus berangkat pagi. Sepeda motor harus bekerja lagi mengantar tuannya. Menyusuri lorong-lorong jalan yang terbentuk oleh deretan mobil, angkot dan bus serta truk. Seperti bersekongkol, tak sedikit pula yang bergerombol, nekat mengambil jalur berlawanan arah.

Ada perasaan kolektif dari pengendara roda dua. Sepanjang ada jalan yang bisa dilalui –dan selagi tak ada larangan dan petugas-- tak apa diterjang. Trotoar yang menjadi hak pejalan kaki, jembatan penyeberangan, menyenggol kaca spion mobil orang, atau bahkan menunggu lampu hijau selepas marka. Bagi mereka yang umumnya adalah karyawan, blue and white collar, berarti memulai aktivitas ‘lagi’ setelah libur panjang di akhir pekan.

Persekongkolan dan sejenisnya bukan cuma menyangkut perasaan. Ia juga bukan monopoli pengendara motor. Pun tidak melulu di jalan, melainkan bisa terjadi di pasar atau di kantor, di gedung pencakar langit, di departemen, di istana. Bahkan bisa antarinstansi, lintas partai politik.

1 comment:

Anonymous said...

Buruh kok digenjot, sepeda kaleee... :D