Tuesday, April 25, 2006

Belajar dari Sekolah

Jerapah sedang sial. Mendadak tuannya berkunjung ke sekolah yang ia pimpin. Pas hari libur. Pas sekolah itu belum dibersihkan. Kotor dan tak terawat.

Tuesday, April 18, 2006

Kesini, Oh!

Usianya masih belasan tahun, ketika tentara penjajah, Jepang, merekrut ribuan atau bahkan ratusan ribu remaja puteri pribumi untuk disekolahkan di Jepang atau Sonantho (Singapura). Kelak, mereka berguna bagi pembangunan negerinya. Tentara propaganda Jepang (Sendendu) minta para pangreh praja, mulai dari wedana, bupati, camat, lurah hingga RT untuk memberi contoh kepada rakyat.

Ada yang senang. Tidak sedikit yang terpaksa, tak kuasa menolak. Jabataan atau bahkan nyawa taruhannya.

Tuesday, April 11, 2006

Pemimpin Lewat


Suami ibu muda ragu melangkah. Surat rujukan dari Puskesmas dipegangnya erat-erat. Sesekali ia membayangkan Rumah Sakit yang bakal dituju dan kantongnya yang cekak. Anaknya yang baru berusia dua tahun dua bulan terkulai lemas dalam gendongannya.

Kecemasan atas derita anaknya menyapu keraguannya melangkah. Sesampai di rumah sakit, petugas menyatakan tak ada tempat. Bangsal penuh. Ia pulang dengan tetap memegang erat surat rujukan puskesmas dan menggendong Anaknya. Ia menggenapkan kasus serupa: gizi buruk akibat kemiskinan dan tertolak rumah sakit.

Tuesday, April 04, 2006

‘Persedongkolan’ Buruh

I like Monday. Apa boleh buat. Apalagi harus berangkat pagi. Sepeda motor harus bekerja lagi mengantar tuannya. Menyusuri lorong-lorong jalan yang terbentuk oleh deretan mobil, angkot dan bus serta truk. Seperti bersekongkol, tak sedikit pula yang bergerombol, nekat mengambil jalur berlawanan arah.

Ada perasaan kolektif dari pengendara roda dua. Sepanjang ada jalan yang bisa dilalui –dan selagi tak ada larangan dan petugas-- tak apa diterjang. Trotoar yang menjadi hak pejalan kaki, jembatan penyeberangan, menyenggol kaca spion mobil orang, atau bahkan menunggu lampu hijau selepas marka. Bagi mereka yang umumnya adalah karyawan, blue and white collar, berarti memulai aktivitas ‘lagi’ setelah libur panjang di akhir pekan.

Persekongkolan dan sejenisnya bukan cuma menyangkut perasaan. Ia juga bukan monopoli pengendara motor. Pun tidak melulu di jalan, melainkan bisa terjadi di pasar atau di kantor, di gedung pencakar langit, di departemen, di istana. Bahkan bisa antarinstansi, lintas partai politik.

Tak Tertolong

Belasan moncong ikan menjulur ke pemukaan air di kolam depan rumah. Tak peduli tuannya tengah asyik dengan selembar brusor. Bak parade moncong, mereka berunjuk rasa. Ikan mas itu, sejatinya, tak menuntut mesin pompa air dihidupkan, melainkan hidupnya.

Menghidupkan mesin pompa air, berarti membantu kehidupan ikan. Kesenangan ikan berarti menjaga kesenangan si empunya. Masuk akal! Tapi selembar brusor yang diperoleh dari sebuah pameran buku itu mengganggu kesenangan ikan –dan si empunya-- siang itu.