Hari ini, Jumat (30/7/2010), ada tiga cerita.
Cerita pertama tentang larisnya mobil mewah di ajang pameran The 18th Indonesia International Motor Show (IIMS) yang tengah berlangsung (23 Juli - 1 Agustus 2010) di Jakarta International Expo, Kemayoran, Jakarta. Mobil-mobil mewah yang berharga di atas Rp 2 miliar habis terjual. Orang Indonesia rupanya banyak juga yang kaya.
PT BMW Indonesia, agen tunggal pemegang merek (ATPM) BMW memajang mobil-mobil mewahnya, seperti X5M seharga Rp 2,2 miliar (off the road), Seri 730 Li (Rp 1,49 miliar) dan Seri 535i Gran Turismo seharga Rp 1,39 miliar.
Mercedes Benz (Mercy) tak mau kalah. Mobil Mercy SLS AMG yang dibanderol Rp 4,7 miliar laku empat unit. Viano 250 (Rp 1,2 miliar) dan E250 CGI Cabriolet (Rp 1,009 miliar), bahkan telah terjual sebanyak 100 unit. Audi, lewat PT Garuda Mataram Motor (GMM), menjual tiga unit Q7 seharga Rp 1,7 miliar. Audi R8V10 yang dibanderol Rp 5,3 miliar laku dua unit.
Cerita kedua tentang kedatangan tamu dari jauh. Indra Azwan, yang datang dari Malang, Jawa Timur, tanpa berkendara. Ia berjalan kaki. Dua puluh dua hari lamanya.
Sehabis subuh, ia berangkat, dan beristirahat bila sudah pukul 21.30. Di pundaknya ada bekal. Tak banyak. Cuma lima stel pakaian dan dua pasang sepatu. Tapi berjalan kaki sejauh 800 kilometer adalah pengalaman yang amat mengerikan, sekaligus amat mengesankan.
“Dua kuku kakiku hampir copot. Kulit kaki sudah kapalan,” kata Indra Azwan kepada wartawan. Ia sudah sampai di Jakarta. Tapi ia masih ingin terus berjalan.
“Saya akan terus jalan minta keadilan."
Ia ingin bertemu Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Ia ingin berkeluh kesah tentang perjalanan hidupnya, tentang kematian anaknya, Rifki Andika, yang ditabrak oknum polisi hingga tewas.
Kejadiannya berlangsung pada 1993. Namun, karena yang menabrak Kompol Joko Sumantri, kasusnya tak diproses-proses. Baru pada 2008, setelah 15 tahun, kasus itu disidangkan dan hakim pengadilan pun membebaskan Kompol Joko Sumantri dari segala dakwaan. Alasa hakim, kasus tabrakan yang merenggut nyawa Rifki Andika pada 1993 itu dianggap sudah kadaluarsa.
Pada 2009, Indra pernah pula datang ke Jakarta, dan melakukan aksi mogok makan di Monas. Tapi, aksi yang dekat dengan Istana Negara itu bergeming. Kali ini, Indra ingin bertamu pada SBY dan berkeluh kesah. Akankah keadilan menghampirinya?
Entahlah. Pada Jumat (30/7), SBY sedang merayakan hari ulang tahun perkawinannya di Istana Negara, Jakarta. Pada malam harinya, acara itu akan dilanjutkan dengan tumpengan di kediaman pribadi SBY di Cikeas, Bogor.
Cerita ketiga. Ini juga rada membuat miris. Seorang anggota DPR, yang juga artis Pong Harjatmo mendadatang naik ke atap gedung Kura-kura DPR yang berwarna hijau. Bak pemanjat tebing mahir, Pong mengantongi cat pilok.
Setelah di atap gedung itu, pria kelahiran Solo, 13 September 1942 itu langsung mengeluarkan cat pilok itu dan mulai beraksi menuliskan kata-kata yang sudah menghujami hati dan pikirannya. “Jujur, Adil dan Tegas.”
Pong tentu tak sedang disuap Indra Azwan agar memperjuangkan keadilan bagi anaknya. Ia juga tentang tidak sedang membintangi film “Bernafas dalam Lumpur” seperta pada 1970. Atau, pri yang pernah menjadi tentara ini sedang melanjutkan episode dari film terbarunya (2009) berjudul ‘Sang Pembela’.
Pong kecewa dengan teman-temannya sesama anggota DPR yang tidak bisa menyelesaikan masalah Bank Century, tabung gas yang mudah meledak, dan masih suka dan banyaknya anggota DPR yang bolos.
No comments:
Post a Comment